Sabtu, 26 Januari 2013

Wisata Tambang


Saat ini mungkin banyak orang belum pernah mengetahui bahkan mendengar nama Kota Sawahlunto, namun bagi siswa tempo dulu, nama tersebut sangatlah dikenal bahkan oleh anak SD sekalipun.

Dulu.....Kota Sawahlunto adalah penghasil batubara dengan kualitas sangat baik, mulai digali sejak tahun 1888 pada jaman kolonial. Namun pada tahun 2000 telah diputuskan untuk menghentikan aktivitas penambangan oleh pihak pengelola PT Bukit Asam Unit Pertambangan Ombilin (PTBA UPO).

Keputusan tersebut berdampak sosial cukup besar karena kehidupan perekonomian masyarakat sangat bergantung kepada aktivitas pertambangan ini. Pekerja tambang yang mayoritas pendatang mulai meninggalkan Kota Sawahlunto. Berdasarkan sensus penduduk th. 1995 jumlah penduduk Kota Sawahlunto  55.090 jiwa dan pada th. 2000 jumlah penduduk sebesar 50.668 jiwa.

Tantangan berat bagi pemerintah kota untuk dapat menggerakkan kembali roda ekonomi masyarakat. Namun dengan cepat pemerintah dapat melihat peluang dan menetapkan visi menjadi kota wisata tambang berbekal peninggalan bersejarah.Suatu upaya yang tidak mudah, namun pemerintah kota patut diacungi jempol karena saat ini bisa dirasakan hasilnya.

Cobalah berkunjung, rasa nyaman akan hadir bila berada di Sawahlunto. Dalam kunjungan singkat 2 hari 1 malam disertai hari hujan hampir sepanjang hari, memang tidak banyak yang dapat disajikan dalam tulisan ini.

Lobang Tambang mBah Soero, adalah salah satu andalan tujuan wisata. Lobang ini merupakan lubang tambang pertama di lembah soegar yang dibuka pada th. 1898. Lobang tambang ini oleh masyarakat disebut lobang tambang mBah Soero karena dulu disini bertugas seorang mandor yang bernama Soero. Lobang ini sebenarnya sudah ditutup pada th. 1930 dan dibuka kembali untuk tujuan wisata pada th. 2007 dan dilengkapi berbagai sarana dan prasarana demi keamanan dan kenyamanan.

Seorang petugas pemandu yang profesional dan ramah akan selalu mendampingi dilokasi tujuan wisata.

Museum Gudang Ransum
Gudang ransum adalah fasilitas dapur umum yang dibangun pada th. 1918 untuk memberi makanan bagi seluruh pekerja tambang. Seluruh peralatan masak di gudang ransum berukuran sangat besar dengan teknologi uap panas karena digunakan untuk memasak dalam skala yang sangat besar.

Cerobong Steam Generator Gudang Ransum
Gereja St. Barbara


















Parai City Garden Gotel
Ada beberapa beberapa hotel yang bisa digunakan bila berminat menginap dan saya anjurkan untuk mencoba menginap di Sawahlunto. Karena bila malam tiba anda akan merasakan kehidupan malam hari warga Sawahlunto yang tentram, bisa merasakan sajian teh telur khas Sumatera Barat, bisa berjalan kaki disepanjang jalan kota kecil yang tentram dan damai.

Sekali lagi, acungan jempol bagi pemerintah kota yang mampu mentransforsasikan dari kota tambang menjadi kota wisata. Sebetulnya masih banyak yang telah dilakukan pemerintah kota, namun saya tidak punya cukup bahan untuk disajikan dalam blog ini.

Masih banyak obyek wisata yang belum dikunjungi karena keterbatasan waktu dan situasi, untuk informasi lebih lengkapnya dapat dikunjungi situs http://www.sawahluntokota.go.id

Minggu, 12 Agustus 2012

Kereta Api Padang - Pariaman



Kereta api dengan suaranya yang berisik selalu membangunkanku pada pagi hari akhirnya membuatku penasaran ingin mencoba menaikinya.

Kereta api di Kota Padang sebenarnya baru beberapa tahun ini aktif kembali setelah Tambang Batu Bara di Kota Sawahlunto tidak beroperasi kembali. Setahu saya Kereta api kembali aktif dengan tujuan Padang - Pariaman dan Padang Panjang - Sawahlunto. Kereta tersebut sekarang melayani angkutan penumpang dan pariwisata.

Sebagai warga yang awam terhadap perkereta-apian hanya bisa menyangkan hal ini, karena sepengetahuan saya kota-kota besar di Sumatera Barat sudah terhubung dengan jalur kereta api. Mungkin, faktor biaya investasi yang sangat besar adalah kendala utama.

Kereta Api di Stasiun Pariaman
Berangkat dari Stasiun Kota Padang pukul 06.00 masih gelap namun ternyata penumpang cudah cukup banyak. Harga tiket yang sangat murah (Rp. 3.000,-) perjalanan yang nyaman dan aman adalah nilai tambah.
Penuh dedikasi.......













Jarak tempuh Padang - Pariaman kurang lebih 50km ditempuh selama kurang lebih 1 jam. Setelah singgah di Stasiun Lubuk Alung perjalanan dilanjutkan ke Kota Pariaman, namun sayang cuaca tidak bersahabat ketika tiba di Pariaman karena hujan turun terus hingga siang hari saat jadwal kembali ke Kota Padang.

Nasi Sek (sebungkus kenyang)
Padahal stasiun Kota Pariaman bersebelahan dengan Pantai Gandoriah nan elok, pantai landai yang berpasir halus dengan ombak yang tidak terlalu besar. Disekitar pantai juga tersedia nasi sek (sebungkus kenyang ) yang dibungkus dengan daun pisang.




Meski hujan tidak menyurutkan niat untk berjaualan



Kegiatan ekonomi dan juga aktifitas sosial masyarakat termasuk anak-anak banyak dilakukan di stasiun dan tempat-tempat sepanjang pantai.Lensa kamera mencoba menangkap untuk dapat bercerita kembali dalam blog ini.



Bermain di jalur kereta api
Bermain di sepanjang Pantai Gandoriah
Mengais rezeki di pembuangan sampah

Sabtu, 11 Agustus 2012

Ujung Gading




Para perintis.......

1 tahun 4 bulan saat ini terasa singkat sekali...
Dulu...., jarum jam terasa enggan beranjak dari posisinya

Ujung Gading adalah Kanagarian yang terletak di Kabupaten Pasaman Barat, kira-kira 220 km dari Kota Padang dengan waktu tempuh +/- 5 jam perjalanan.






Taft yg setia di segala medan...

Jarak itu harus saya tempuh setiap minggu mengingat keluarga tinggal di Padang.
Jadi...kalau dihitung selama bertugas di Ujung Gading, sudah saya tempuh 220km x 2 (pp) x 4 (dlm 1 bulan) x 16 bulan = 28.160 km ...... wow...jauh amat...???








Pantai Sikabau nan elok
atau... 5 jam x 2 (pp) x 4 (dlm 1 bulan) x 16 bulan = 640 jam perjalanan
atau... 640 jam / 24 = 26,7 hari perjalanan mobil tanpa berhenti......wadow....untung gak kena wasir


Namun..., semua itu seakan tidak ada artinya, karena di Ujung Gading saya temukan tantangan, persahabatan, kekeluargaan, keterbukaan, dan semua hal indah...tanpa ada rasa permusuhan dan kebecian. Semua rasa itu saya dapati bukan hanya dari rekan kerja, namun juga dari seluruh masyarakat Ujung Gading.., juga induk semangku tempat saya menitipkan raga ini selama di sana.

Survey....kesempatan yg selalu ditunggu
Beauty & the..(beast??)

The dream(er) team :D
Trio kwek..kwek..
Awas....gigi tanggal :)
Duduk induk..induk
Awas...sudah 2hr gak makan...
Ardiles...nyaman di kaki :D
Kami...menang....

Air Bangis...kala senja
inilah kami.............  (y)

Sigocar


adalah nama sebuah jorong di Nagari Ujung Gading, Kecamatan Lembah Melintang, Kabupaten Pasaman Barat. Jorong mungkin kalau di daerah lain di luar Sumatera Barat setara dengan RW (Rukun Warga), beberapa jorong membentuk sebuah ke-Nagarian dan beberapa Nagari di bawah kendali Kecamatan. Pemahaman itu mungkin saja salah, yang jelas bentuk pemerintahan ka-Nagarian hanya khusus di Sumatera Barat.




Ibu Kota Kecamatan Lembah Melintang terletak di Ujung Gading. Jarak Sigocar dari Pasar Ujung Gading kurang lebih 45 menit perjalanan dengan kendaraan roda empat. Sekilas pengamatan, warga Sigocar berasal dari suku Mandailing, bisa dimaklumi karena jarak ke Sumatera Utara hanya kurang lebih 30 km.





Sebagian besar lahan padi merupakan lahan tadah hujan
 Mata pencarian warga Sigocar mengandalkan pengolahan pertanian berupa ladang yang ditanami palawija/jagung/padi tadah hujan, kebun karet, pembuatan gula aren, kelapa sawit, coklat, atau pinang. Tanaman padi hanya satu kali panen dalam setahun, dan hasil panen hanya untuk memenuhi kebutuhan makan keluarga selama tahun berjalan.


 Produksi gula aren dipasarkan pedagang bukan hanya ke Ujung Gading saja, bahkan hingga ke kota Padang. Sebagian besar warga Sigocar mempunyai pekerjaan sebagai penyadap dan pembuat gula aren.


Nira diambil dari pohon aren yg tinggi
Proses pemasakan nira secara tradisional






Nira dituang dalam wajan selama beberapa jam

Seorang pembuat gula aren biasa membeli hak panen pohon aren kepada pemilik lahan. Dalam sehari air nira diambil dua kali,yakni pagi hari dan sore hari yang harus langsung dimasak sebelum terjadi proses fermentasi. Dalam satu hari seorang petani aren bisa memanen 7 - 10 batang aren yang jaraknya saling berjauhan karena pohon aren tumbuh alami dan belum dibudidayakan.








Aktifitas kedai pada pagi hari
Kedai adalah sarana berkumpul bagi warga sebelum atau setelah melakukan aktifitas ekonomi, keberadaan kedai sungguhlah sangat berarti karena juga merupakan sumber informasi bagi sesama warga. Informasi apa saja cepat menyebar melalui kedai ini.







Seorang ibu & anaknya
Ibu rumah tangga biasa bersosialisasi di dekat-dekat kedai sambil mengasuh anak-anak mereka yang masih balita.


Ditangan merekalah masa depan negeri ini




Senin, 09 Agustus 2010

Pantai Padang...

Beberapa bulan pasca gempa bumi September 2009, kawasan pantai menjadi daerah yang tidak menarik...bahkan menjadi daerah yang menakutkan. Hal itu terjadi tidak lain karena potensi tsunami yang setiap saat bisa terjadi. Meski peringatan dini akan tsunami bisa diberikan, pengalaman membuktikan bahwa selalu terjadi kemacetan total di seluruh jalur evakuasi yang perlu waktu berjam-jam agar dapat terurai.




Trauma tersebut bukan hanya membuat masyarakat enggan mengunjungi kawasan pantai, bahkan menyebabkan masyarakat enggal tinggal di kawasan garis merah/kawasan pantai. Dampaknya sungguh luar biasa, propreti di bawah garis merah mengalami penurunan nilai yang sangat fantastis, kegiatan perekonomian di kawasan pantai menjadi turun drastis.





Namun menjelang 1 tahun gempa, masyarakat kota Padang mulai sudah bisa melupakan trauma. Kini Pantai Padang sudah mulai ramai kembali, dipelopori oleh aktivitas pedagang ikan segar disepanjang Pantai Purus, diikuti oleh berdirinya warung makanan khas sea food berjejer sepanjang pantai. Pemerintah Kota pun melanjutkan kembali rencana pembangunan jalan sepanjang pantai mulai dari kota hingga ke Bandara Int. Minangkabau serta pembangunan pengaman dan pemecah ombak sepanjang pantai.




Demikian juga tidak ketinggalan investorpun sudah ikut berpartisipasi membangun hotel-hotel baru dan gedung-gedung baru disepanjang Pantai Padang. So...Pantai Padang pun kini sudah kembali berfungsi sebagai ruang publik, mulai dari hanya untuk menghabiskan waktu sore, jogging, jalan pagi, sepak bola, sepeda santai, klub motor, pengamen, jualan teh botol-indomie-dsb :)

Belakangan juga ada peringatan untuk tidak berenang di pantai karena akhir-akhir ini banyak korban meninggal dunia karena tenggelam, nah lho....
Juga...budaya bersih seharusnya juga berjalan agar Pantai Padang tetap indah dan nyaman, pantai jorok ...? malaasss...


Nih..photo2 anak2 & emaknya ikutan maen di Pantai Padang :)

Minggu, 08 Agustus 2010

Suatu Ketika

Naik Kereta Api ..?
Bima dan Anet memang jarang naik kereta api, bukan karena gak suka..., tapi di kotanya emang kereta api belum menjadi andalan tranportasi masyarakat.

Padahal kereta api adalah sarana transportasi yang nyaman dan aman, tentunya kalo dikelola dengan benar. Saat ini perusahan kerta api sudah mulai berbenah baik dalam segi kualitas dan pelayanan.

Sudah seharusnya masyarakat memiliki transportasi publik yang nyaman dan aman :)


Naik Becak....,
Lihat..betapa lebar senyum Anet & mamanya ketika naik becak. Di kotanya tidak ada becak dayung seperti ini, sungguh nyaman naik becak.

Tapi..., coba alihkan perhatian kepada tukang becaknya...harus tarik urat supaya sampai di tujuan, semuanya demi beberapa lembar uang ribuan, semuanya demi anak dan istrinya agar bertahan hidup..

Becak memang sarana transportasi yang bebas polusi...namun, kadang hati nurani tidak tega untuk memanfaatkannya. Mungkin jg perlu lapangan kerja yg lain :)


Naik angkot....,
Entah karena kurang tidur atau suasana angkot yang nyaman, Bima bisa tertidur waktu naik angkot.

















Menunggu.....
Menunggu paling membosanan, meski menunggu pacar sekalipun... :) tapi...yg paling mendebarkan adalah menunggu gajian :D

Sambil menunggu...lbh baik belajar njepret... tuh hasil pertama Anet & Bima yang dipublikasikan :)